Senin, 03 Agustus 2020

SCREENSHOT KELAS DARING 9C



Keserakahan Berujung Zonk

Jessica Mirabel/9C/6280

Alkisah, pada dahulu kala ada sebuah desa kecil yang letaknya jauh dari pusat kota. Desa itu dinamai Desa Euphoria karena nyaman dan damai. Di desa itu tinggalah keluarga kecil dengan Pak Amay sebagai kepala keluarga, Bu Pwai sebagai ibu rumah tangga. Karena desa Euphoria sangat kecil jadi Pak Amay satu satunya penjual bakso yang ada dan jadi sangat laris. Uangnya memang tidak banyak namun lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari hari sisanya untuk berbagi dengan warga. 

Pak Amay dan Bu Pwai terkenal sebagai keluarga yang harmonis dan sangat rendah hati. Setiap seminggu sekali mereka akan membagikan sembako dan makanan pada penduduk di desa itu yang membutuhkan. Hingga pada suatu hari timbul rasa tak puas pada Pak Amay karena hasil penjualannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari hari, akhirnya Ia berkata, "Pwai, aku tak ingin hidup sederhana terus seperti ini. Aku ingin kaya dan membeli rumah mewah, mobil bagus dan baju mahal. Dan juga aku tak ingin bangun pagi hanya untuk ke kota dan membeli daging sapi, belum lagi kita harus mengolahnya menjadi bakso dan dijual." 

Pwai yang merasa sedih karena perkataan suaminya berkata, "Lalu apa yang kau inginkan? Kau akan melakukan apa?" Pak Amay pun menjawab dengan diliputi keserakahan "Yah, aku akan menjadi yang paling kaya di desa ini, dan menyewa pembantu untuk mengurus usahaku. Aku akan membeli banyak barang untuk dinikmati."

Dengan kesal Pwai menjawab, "Apa kau akan mempercayakan usaha keluarga ayahmu kepada pembantu? sedangkan kita masi muda dan kuat untuk mengurusnya?" Pwai tidak habis pikir dengan cara berpikir suaminya yang begitu serakah. Pak Amay memilih tidak menjawab pertanyaan Bu Pwai dan meninggalkannya sendirian untuk ke kota membeli daging sapi sambil memikirkan cara menjadi kaya dengan cepat. 

Di tengah perjalanan menuju kota Pak. Amay bertemu Pak Budi yang sangat menyukai bakso buatan Pak Amay dan berkata, "Hallo Amay, bakso buatanmu sangat enak. Kau pasti membeli daging sapi berkualitas dan membuat bakso dengan hati hati" Pak Amay hanya membalasnya dengan anggukan remeh, "Ya, ya, ya. Sebentar lagi aku tak perlu menjual bakso sendiri karena aku akan menjadi sangat kaya dan menyewa pembantu untuk mengurus usahaku." Dengan heran Pak Budi menjawab "Kenapa? sangat tidak bail terlalu mempercayai usaha ayahmu kepada pembantu." Lagi lagi Pak Amay tidak menjawab dan melanjutkan perjalanannya ke kota. 

Hari berganti hari keserakahannya bertambah besar bahkan Pak Amay rela tidak tidur demi mendapatkan cara menjadi kaya dnegan cepat. Bahkan Ia menghentikan kebiasaannya berbagi sembako kepada yang membutuhkan. Hingga pada suatu hari Pak Amay pergi ke kota untuk membeli daging, Ia bertemu teman lamanya Tedy dan menghampirinya. 

Tedy dengan gembira menyapa, "Amay, bagaimana kabarmu?" Amay pun menjawab "Yah, cukup baik" Tedy pun mulai menceritakan apa yang baru saja Ia dengar dari kota, "May, kamu tahu tidak? ada salah satu penjual bakso yang sangat kaya dalam waktu seminggu di kota." Amay yang tertarik dengan pembicaraannya pun menjawab, "Oh? tidak aku tidak tahu. Apa kau tahu bagaimana caranya dia menjadi kaya dalam waktu seminggu?" Tedy menjawab, "Tentu saja, ternyata dia mencapur banyak kanji dan mengurangi porsi daging sapi juga ia mengganti daging sapi kualitas bagus dengan daging sapi kualitas rendah" Amay yang bingung bertanya, "Bagaimana caramu bisa tahu?" Tedy dengan tenang menjawab, "Dia memberitahuku karena aku tidak sengaja melihatnya membeli kanji setiap hari. Eh sudah dulu ya aku harus segera pulang ke rumah!" Amay mengangguk dan ikut pamit, "Baiklah, hati hati! Aku juga harus ke kota. Dah!"

Setelah Pak Amay sampai ke rumah, Ia pun berpikir untuk menerapkan cara tersebut agar menjadi kaya dengan cepat. Besoknya Ia bangun pagi untuk membeli daging kualitas rendah dan kanji di pinggiran desa lalu menbuatnya menjadi bakso. Penduduk awalnya tidak menyadari akan hal tersebut, bahkan membeli lebih banyak karena porsi yang dijual lebih banyak dari sebelumnya. Malamnya Ia begitu gembira karena uang yang dihasilkannya hari itu sangat banyak dan berkata, "Hahaha, aku akan menjadi kaya sebentar lagi" 

Lama lama Pak Amay semakin serakah melakukan hal curang itu dan tidak ada rasa bersalah. Namun tak lama warga mulai menyadari rasa bakso yang berbeda dari biasanya yang dijual dan protes pada Pak Amay. Warga mengunjungi rumah Pak Amay dan berkata, "Pak Amay kami membayar untuk bakso yang enak dan sehat bukan kanji dan daging sapi kualitas rendah" Pak Amay yang bingunb berkata, "Beraninya kalian menuduh saya yang pekerja keras dan rendah hati seperti itu. Jika kalian tidak mau bakso saya, maka pergilah cari bakso yang lain!"

Warga yang semakin bingung dan kesal mencari tahu apa yang terjadi. Esoknya, Pak Amay tetap membeli kanji dan daging kualitas rendah dan membuat bakso di dapur rumahnya. Namun kali ini berbeda, karena Ia lupa menutup jendela di ujung dapur sehingga banyak warga yang mengintip disitu. Pak Amay pun tanpa ragu memasukkan kanji dengan porsi banyak dan mengeluarkan daging sapi kualitas rendah tanpa dicuci. Warga yang melihat itu pun merasa harus memberi pelajaran untuk Pak Amay, "Ternyata seperti ini caranya menjadi kaya dengan cepat, mari kita memberi nya sedikit pelajaran!"

Paginya, Bu Pwai pergi belanja kacang untuk dibuat selai dan membeli roti untuk diisi selai kacang. Namun saat Pak Amay mencoba rotinya Ia berkata, "Apa yang kau buat Pwai? mengapa selai batu dan roti busuk kau berikan padaku?" Bu Pwai yang merasa aneh berkata, "Apa itu bukan selai kacang dan roti biasanya? Aku beli di pasar dan di penjual yang sama kok." Pak Amay yang merasa kesal berkata, "Mari kita protes, bagaimana mereka bisa menipu kita?"

Mereka pun pergi ke penjual roti dan kacang dan berkata, "Mengapa kau memberikan kami batu dan roti yang busuk untuk dibeli? Kami membayar untuk kacang dan roti yang bersih dan sehat!" Penjual itu hanya menjawab, "Jika kau tak suka, maka pergilah ke penjual lain yang menjual kacang dan roti yang bersih dan sehat!"

Hal tersebut berlaku setiap hari, apa yang mereka inginkan dan beli tak pernah sesuai dengan apa yang mereka dapat. Bahkan penjualan bakso pun menurun drastis dan tidak ada yang mau membeli bakso Pak Amay. Karena semakin kekurangan dana, Pak Amay mulai menjual apa saja barang berharaga yang Ia punya untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. 

Bu Pwai yang muak berkata, "Lihat! Keserakahanmu membuat kita harus mendapatkan sesuatu yang tidak kita inginkan bahkan kita harus jatuh miskin." Pak Amay yang menyesal pun menyetujui apa yang dikatakan bu Pwai dan berjanji, "Aku berjanji mulai besok dan seterusnya aku akan bekerja lebih keras dan menjual bakso yang sehat dan enak."

Apa yang dikatakan Pak Amay benar benar Ia lakukan. Warga yang merasa senang dengan bertobatnya Pak Amay dari keserakahan pun mulai membeli kembali bakso jualannya. Kehidupan keluarga Pak Amay kembali stabil, dan mereka juga sudah mulai membagikan sembako kepada yang membutuhkan. Pak Amay dan Bu Pwai hidup damai dan selalu rendah hati juga jarang mengeluh akan hasil yang mereka peroleh. 

Rendah hati dan mau berbagi adalah sikap yang patut dicontoh dan di terapkan dalam kehidupan sehari hari. Tak perlu menjadi kaya untuk berbagi, namun berbagilah hal sederhana kepada yang membutuhkan. Pentingnya tidak menjadi serakah karena keserakahan hanya berujung tak berhasil atau zonk. Mari berjuang dari nol dengan kerja keras dan hasil jerih payah kita! 

PPDB SMP TNH SUDAH BUKA, AYO DAFTAR!